[REVIEW FILM] HEILSTÄTTEN (2018)


  • Judul: HEILSTÄTTEN Haunted Hospital
  • Sutradara: Michael David Pate
  • Penulis: Michael David Pate, Eckehard Ziedrich
  • Tanggal Rilis: 19 September 2018
  • Durasi: 89 menit
  • Genre: Horror

Sinopsis:

Bangunan bekas rumah sakit selalu berhasil menciptakan kesan horor dan misteri yang khas di negara manapun. Seperti Kingseat di New Zealand, Beechworth di Australia, GONJIAM di Korea Selatan, dan yang diangkat menjadi tema film HEILSTÄTTEN kali ini, di Beelitz-Heilstätten, German. Salah satu sejarah yang membuat citra akan kehororan rumah sakit ini menjadi berbeda adalah karena rumah sakit ini pernah menjadi tempat Adolf Hitler – pemimpin Partai Nazi – dan para tentaranya dirawat pada Perang Dunia I. Tidak hanya itu saja, dilaporkan juga pada tahun 1940 – 1945, rumah sakit ini melakukan berbagai eksperimen pada manusia secara ilegal dan bahkan hingga saat ini, terdapat juga laporan akan adanya aktivitas paranormal di HEILSTÄTTEN.

Film ini menceritakan sekelompok YouTuber terkenal, yang tertarik akan riwayat horor HEILSTÄTTEN. Mereka secara diam-diam memasuki komplek rumah sakit tua yang terlantar ini. Demi popularitas dan ke”viral’an untuk memperkaya folllowers, mereka bertekad untuk melakukan uji nyali 24 jam dan bermalam di tempat yang terkenal angker ini. Para Youtuber ini dilengkapi dengan handycam mereka, berikut dengan gadget penunjang ‘night vision’ agar tetap dapat merekam petualangan mereka dalam keadaan gelap dan juga kamera thermal yang dapat merekam dan mengkonversi energi panas ke dalam gambar cahaya yang tampak. Para pecandu adrenalin inipun mengejar rumor adanya aktivitas paranormal dengan harapan dapat merekam pembuktian mereka dan mengunduh petualangan mereka di social media.

Jika para pengujung GONJIAM dibuat penasaran dengan kamar 402 yang konon tidak boleh dibuka, pengunjung HEILSTATTEN dihantui oleh pasien nomor 106 yang dirumorkan bergentayangan di lorong-lorong gelap rumah sakit ini. Petualangan seru yang mereka harapkan, menjadi perjuangan paling mengerikan dalam hidup mereka.


Pemeran Utama:
  • Tim Oliver sebagai Theo
  • Nilam Farooq sebagai Betty
  • Sonja Gerhardt sebagai Marnie
  • Timmy Trinks sebagai Finn
Sumber: Moxienotion, imdb



Kali ini agak berbeda dari biasanya, Bebek K-po akan mereview film non-Korea... Berkat undangan dari Moxienotion, hari Senin tanggal 17 September 2018 kemarin, tim Bebek K-po berkesempatan untuk dapat ikut dalam screening film horor asal Jerman ini (dapet sedikit bingkisan pula... makasih Moxienotion... 😄)


Sekilas sejarah tentang rumah sakit ini didirikan pada tahun 1898 dan terdiri dari sekitar 60 bangunan yang berlokasi di distrik Beelitz Heilstatten. Antara tahun 1989 hingga 1930, kompleks rumah sakit ini berfungsi sebagai sanatorium untuk penyakit paru, utamanya untuk kondisi fatal seperti tuberculosis (TBC). Pada masa Perang Dunia I, rumah sakit ini juga berfungsi untuk menangani para korban perang, termasuk Adolf Hitler muda saat masih menjadi tentara. Pada saat Perang Dunia II, rumah sakit ini kembali melayani para tentara yang terluka.

Saat ini, hanya sebagian kecil komplek bangunan yang masih difungsikan sebagai tempat rehabilitasi neurologi dan penelitian Parkinson, sedangkan sebagian besar bangunan dibiarkan terbengkalai. Lokasi ini pun akhirnya menjadi tempat populer bagi para penjelajah urban dan orang-orang yang mencari lokasi menyeramkan.

Sumber: Atlas Obscura

Review:

Pertama kali melihat trailer dan sinopsis film ini, yang pertama terbersit adalah Gonjiam. Yak, memang sekilas film ini memiliki konsep yang mirip dengan gonjiam. Sekumpulan streamer memasuki bekas rumah sakit yang terbengkalai dan menantang para penunggu di dalamnya. Namun ternyata hanya konsep umum saja yang mirip. Alur ceritanya juga berbeda.

Sama seperti gonjiam, film ini dibuat dengan sudut pandang kamera layaknya pada video-video para streamer web. Mulai dari intro, perjalanan, dan setiap adegan di dalamnya benar-benar selayaknya kita menonton video dari sebuah situs streaming video. Namun peralatan yang digunakan tidaklah seheboh gonjiam. Dalam film ini hanya menggunakan kamera pribadi masing-masing, kamera yang dipasang di beberapa sudut ruangan, serta kamera night vision yang menunjukkan perubahan suhu yang katanya juga bisa menunjukkan dimana hantu berada.

Secara visual, gambar dalam film ini terlihat lebih tidak stabil karena hanya ada kamera yang dipegang masing-masing karakter, tidak ada kamera yang dipasang di badan untuk mengurangi guncangan layaknya gonjiam. Selain itu, penampakan hantu dalam film ini bisa dibilang lebih terang-terangan. Berkali-kali Kwik dikagetkan oleh adegan kemunculan para "penunggu" tersebut.

Satu hal yang membuat Kwik salut dengan film ini, plot twist. Yak... film horor pun memiliki plot twist yang benar-benar membuat Kwik speechless dan merasa tertipu... Selain itu layaknya film horor pada umumnya, jumpscare film ini benar-benar membuat Kwik kaget (maklum Kwik penakut, hehe)

Film ini mengangkat isu kekinian dimana banyak anak muda yang kecanduan menyajikan konten-konten di situs streaming dan tak jarang melakukan hal-hal yang membahayakan atau mengganggu sekitar semata-mata hanya untuk ketenaran belaka.

Tapi berakhirnya film ini masih menyisakan beberapa misteri yang belum terpecahkan. beberapa hal masih terasa mengganjal dan seakan belum tuntas dibahas. Pembangunan cerita antar karakter pun terasa tidak terlalu kuat. Film ini lebih mementingkan aspek horor dan tidak terlalu memperhatikan hal-hal lain seperti penjelasan hubungan dan ikatan antar karakter serta penggambaran kepribadian. 

Yah walaupun dari segi cerita masih terasa ada gap di beberapa tempat, tujuan utama film ini sebagai film horor untuk memberikan sensasi memacu adrenalin cukup bagus. Film ini Kwik rekomendasikan bagi kalian penggemar film horor dan suka memacu adrenalin dengan adegan-adegan yang mengagetkan dan beberapa adegan sadis di dalamnya.

-Kwik-

0 comments:

Post a Comment

Silahkan tinggalkan Komentar kalian !

Satu Komentar kalian memberikan motivasi bagi Kwik, Kwek, Kwak untuk menulis info & review terbaru
Terimakasih😊

No SARA!