"The Witch: Part 1. The Subversion," sebuah karya sci-fi thriller yang ditulis dan disutradari oleh Park Hoon-jung, telah sukses mengatasi banyak "kecacatan" dari genre tersebut dan terus menunjukkan presensi yang kuat di box office lokal.
Park, paling dikenal atas skenarionya dalam film balas dendam berdarah "I Saw the Devil," telah muncul dengan film superhero berpusat pada wanita yang jarang ditemui, sebuah genre yang dianggap lebih condong pada bintang pria baik untuk menarik investasi dan meraih penghasilan besar dalam penjualan di box office lokal.
Lebih parah lagi, sang sutradara memilih aktris pendatang baru Kim Da-mi, yang debut sebagai pemeran utama untuk "The Witch."
Namun, sang sutradara terang-terangan menunjukkan bahwa dia menganggap "The Witch" sebagai bagian pertama dari sebuah franchise film, sedangkan banyak franchise film Korea lain sebelumnya dijadikan serial hanya setelah sukses di box office.
Franchise film dengan tokoh utama pahlawan wanita (heroine) pertama ini telah menunjukkan hasil yang lebih baik dari yang diharapkan. Atas kekuatan kabar mulut ke mulut, film ini telah menarik 2.5 juta penonton sejak premiere 27 Juni lalu, menduduki ranking ketiga setelah nama besar blockbuster Hollywood "Ant-Man and the Wasp" dan "Skyscraper" selama akhir pekan.
Film ini dibuka dengan gambar eksperimen manusia masa perang dan dimulai dengan seorang anak perempuan berusia delapan tahun kabur dari fasilitas pemerintah dimana seorang ilmuwan bernama Dr. Baek sedang membantai anak-anak yang dibuat dengan rekayasa genetik. Gadis itu bernama Koo Ja-yoon, diadopsi oleh pasangan petani tua, tidak mengingat masa lalunya. Pada umur 18 tahun dia berpartisipasi dalam acara pencarian bakat di TV untuk memperoleh uang bagi keluarganya yang kesulitan finansial. Setelah menunjukkan kemampuannya untuk menerbangkan microphone di acara tersebut, Ja-yoon mendapati dirinya dikejar-kejar oleh Dr. Baek dan juga agensi pemerintah dengan rencananya sendiri.
Dalam beberapa aspek, kisah ini sulit dikatakan orisinil. Penonton mungkin menemukan beberapa jejak dari film aksi perempuan lain seperti "The Long Kiss Goodnight" atau "Nikita," atau versi perempuan dari film aksi Renoir berpusat pada pria karya sang sutradara sendiri seperti "New World" atau "V.I.P."
Namun poin menariknya adalah karakter utama Koo Ja-yoon. Meskipun ini adalah film superhero perempuan, film ini tidak menekankan sisi perempuan dari karakter tersebut.
Perempuan yang digambarkan dalam film ini sangat jelas berbeda dengan banyak film lainnya, yang seringkali menggambarkan karakter perempuan sebagai obyek sex dan butuh pertolongan. Koo dalam "The Witch" malah menggambarkan karakter perempuan yang merupakan pemilik takdirnya sendiri. Dia berbeda dengan pahlawan super yang tidak sengaja memperoleh kekuatan super atau dipaksa untuk menjadi pahlawan super. Koo, setelah kabur dari fasilitas pemerintah dan diadopsi oleh keluarga petani, telah menantang takdirnya dan membuat keputusan untuk menjalani kehidupannya sendiri daripada menjadi subyek eksperimen.
Adegan aksi di pertengahan terakhir film ini dipoles dengan baik dan menunjukkan penonton apa yang bisa mereka harapkan dari sekuelnya.
Banyak penonton meninggalkan komentar positif mengatakan "Adegan aksinya ada di level Zack Snyder," atau "Ini seperti versi Korea dari film Marvel," dan "Penampilan aktris Da-mi yang paling mengejutkan."
Berikut adalah trailer dari The Witch: Part 1. Subversion
Berikut adalah trailer dari The Witch: Part 1. Subversion
Artikel asli oleh Park Jin-hai di Korea Times
Diterjemahkan dan ditulis ulang oleh Bebek K-po
-Kwik-
Film terdaebak
ReplyDeleteGak sabar menunggu the witch 2
ReplyDelete